![]() |
Manager UPP Kitrin Sumbawa UIP Nusa Tenggara, Ahmad Sofwan. Foto Berita11.com |
Bima,
Berita11.com— Sudah hampir sepuluh tahun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Bonto Bima dibangun. Namun hingga kini proyek miliaran rupiah itu tak kunjung
tuntas. Lantas apa penyebabnya?
Manager
Unit Pelaksana Proyek (UPP) Pembangkit dan Jaringan
Sumbawa UIP Nusa Tenggara, PT PLN (Persero), Ahmad Sofwan mengungkapkan
persoalan utama sehingga pembangunan PLTU mangkrak karena kontraktor pelaksana, PT Rekadaya Elektrika
Jakarta sedang menghadapi masalah keuangan.
“Salahsatunya memang akibat fluktuasi nilai tukar rupiah.
Kontraktor kesulitan cash flow,” kata
Ahmad Sofwan kepada Berita11.com di UPP Kitrin Sumbawa, Kamis (23/3/2017).
Penyebab lainnya, karena kontrak kerja perusahaan pelaksana
belum mencakup detail pekerjaan lain, sehingga perlu adanya revisi kontrak.
“Salah satunya juga masalah detil pekerjaan yang belum tertuang dalam kontrak. Tapi
masalah utamanya perusahaan sedang menghadapi masalah finance,” ujar Ahmad
Sofwan.
Hingga kini progres pembangunan PLTU Bonto baru mencapai 70
persen dan ditargetkan mulai beroperasi semester pertama tahun 2018 mendatang. Setelah itu, UPP Pembangkit dan Jaringan
Sumbawa akan menyerahkan pengelolaan kepada PLN Area Bima. “Minimal satu
pembangkit sudah beroperasi dari dua unit pembangkit 2x10 MW,” kata Ahmad
Sofwan.
Dikatakan dia, sejauh ini UPP sudah menyelesaikan pembangunan
gardu induk (GI) pada lima lokasi yaitu GI
Bonto, GI Bima, GI Sape, GI Woha dan GI Dompu. Demikian juga jaringan transmisi
saluran udara tegangan tinggi (SUTT). Sesuai rencana jangka menengah PT PLN,
jaringan 70 Kv dan 150 Kv PLTU Bonto diproyeksikan terhubung hingga jaringan
transmisi di Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.
Kendati pekerjaan kontraktor utama belum tuntas, Ahmad Sofwan
optimis proyek PLTU Bonto dapat dirampungkan sesuai target terbaru dari UPP
Kitrin Sumbawa. Khusus untuk GI Sape sudah rampung tinggal menunggu
penyelesaian jaringan transmisi. UPP memberikan kesempatan kepada perusahaan
kontraktor kedua untuk merampung seluruh kegiatan proyek.
“Perusahaan yang pertama (PT Moca) itu sudah putus kontrak,
sudah diblacklist. Harapan kita ini secepatnya listrik sehingga bisa berguna
untuk kegiatan pembangunan di Bima. kita yakin dengan penyiapan listrik yang
baik maka investasi juga akan masuk di Bima,” katanya.
Diakui dia, sebenarnya kendala perampungan PLTU Bonto tidak
hanya terjadi untuk dua unit pembangkit di sana. Namun juga pada proses
pembangunan jaringan transmisi. Sebagian masyarakat kerap menolak memberikan
lahan untuk pembangunan tower SUTT.
“Sebagian besar material sudah tiba di site (lokasi). Sebagian
besar juga sudah dipasang, tinggal mungkin barang-barang elektrikal yang perlu
diselesaikan,” katanya. (US)