Catatan Perjalanan ke Situs Sejarah Wadu Pa’a (2) -->

Iklan Semua Halaman

.

Catatan Perjalanan ke Situs Sejarah Wadu Pa’a (2)

Wednesday, May 16, 2012


            Meski jaman sudah serba berkiblat pada teknologi alias modern dan mengubah gaya pikir masyarakat. Masih ada beberapa pengunjung Wadu Pa’a yang memercayai melakukan ritual tertentu di tempat itu, bisa mengabulkan permintaan, seperti apa? Catatan Fachrunnas.-

Sejumlah kruw Bimeks Group saat bertanding sepak bola di pantai Wadu Pa,a. Foto Nas.
Kru Bima Ekspres (Bimeks) mendapat kesempatan pertama bertanding dengan Bima TV. Rupanya  tidak hanya jago menenteng kamera dan menulis narasi berita, karyawan dan pimpinan Bima TV piwai menggiring bola hingga berhasil membobol gawang pemain  (Bimeks)  empat gol.   Pemain Bima TV,  diantaranya diperkuat Direktur Bimeks Group, Ir Khairudin M Ali, MAP, Pimimpin Redaksi (Pimred) Bima TV, Dedy Rosyadi.  Gol perdana dicetak, Nuralim, disusul Edi Irfan dan Dedy Rosyadi. Saat partai kedua, pemain Bimeks, M Natsir Ali, sebenarnya nyaris berhasil membuat imbang permainan dengan mencetak 1 gol mengubah kedudukan menjadi  skor 2-1. Namun, keadaan itu tak bertahan lama, beberapa menit kemudian, Nuralim dan Dedy Rosyadi kembali berhasil membobol gawang lawannnya hingga seluruh pemain Bimeks tertunduk menyerah.
            Pertandingan kemudian dilanjutkan antara gabungan karyawan Bima FM  dan BFC dengan kelompok pencinta alam Soluna. Dalam permainan 2x10 menit itu, pemain Bima FM dan BFC harus mengakui kelincahan dan kemampuan pemain Soluna menggiring dan membobol gawang mereka hingga tiga kali.  Tiga  gol  masing-masing dicetak  Fachri, Hope dan Daeng. Sempat ada perubahan perlawanan, saat pimpinan Bima FM, Khairul Muhammad (Irul) berhasil mencetak gol. Namun, tidak sepenuhnya mengubah keadaan, hingga akhir permainan, skor tetap 3-1.
            Setelah sarapan, menjelang siang kegiatan kemudian dilanjutkan outbond, lomba panjat jaring tali, tarik tambang dan berjalan di atas batang kayu. Hampir seluruh anggota rombongan ambil bagian termasuk   Direktur Bimeks Group. Pria yang pernah menjadi Ketua Pangawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kota Bima itu, berhasil menundukkan wartawan Bimeks, H M Natsir Ali.  Safia (Citra FM) berhasil mengalahkan Yuniarti Fitriani (Bima TV).  Saat lomba jalan di atas batang kayu, kru Bimeks, lagi-lagi harus mengakui kelincahan, kemampuan dan kekompakkan tim Bima TV.
            Usai kegiatan outbond, beberepa anggota rombongan menyempatkan berdikusi membahas kondisi Wadu Pa’a.  Mulai dari minimnya perhatian pemerintah terhadap  situs sejarah itu, hingga keuntungan bagi daerah jika objek itu dikembangkan untuk wisata sejarah. Beberapa kru Bima TV dan Bimeks juga menyempatkan  mengabadikan dari dekat beberapa gambar situs pahatan peninggalan zaman hindu itu.
            Menurut Juru Pelihara (Jupel)  Wadu Pa’a dan benteng kuno Asakota, Kamaluddin (42 tahun),  sebenarnya, situs  itu hingga saat ini masih dikeramatkan oleh beberapa orang. Bahkan, banyak pengunjung memercayai di tempat itu bisa mengabulkan permintaan mereka. Mulai dari urusan jodoh, jabatan atau keinginan yang lain. “Hingga saat ini masih banyak pengunjung yang memercayai itu, walaupun bagi kita yang sadar itu termasuk dalam syirik,” ujar Kamaluddin.
            Pada sejumlah batu, lokasi  utama situs itu, masih dipenuhi beberapa tulisan nama  pengunjung yang melaksanakan ritual pemujaan di lokasi itu.  Pada bagian pohon juga nampak rambut yang diikat. Bagi beberapa orang yang memercayai, menulis nama mereka dan orang yang dicintai, akan membantu merekatkan hubungan. “Biasanya bagi pengunjung yang merasa  permintaanya sudah terpenuhi, datang kembali ke Wadu Pa’a untuk memenuhi janjinya, misalnya datang membawa dan memotong ayam di sini. Tapi, untuk tradisi tulis nama di batu, saat ini sudah kami larang,” jelas Kamaluddin.
            Diakuinya, di luar nilainya sebagai situs sejarah, Wadu Pa’a   masih menjadi salah satu pusat objek rekreasi bagi masyarakat Bima dan sekitarnya terutama saat lebaran idul Fitri. Bahkan,  dalam sehari, dari hasil penjualan kercis masuk di tempat itu bisa mencapai Rp 10 juta rupiah,  muaranya akan disetor sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun sayang, meski sangat berpeluang memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah, kondisi objek wisata itu cukup memerihatinkan karena nyaris tak terawat.
Menurut Kamaluddin, selain minimnya perhatian pemerintah, kondisi itu diperparah sikap apatis warga atau pengunjung yang tidak bisa membantu merawat. “Fasilitas yang paling dibutuhkan di sini akses jalan dan pagar keliling bagi situs, karena kadang ada beberapa pengunjung memaksa masuk,” katanya.
            Dikatakan pria asli Soromandi itu, kondisi benteng kuno Asakota, nyaris tak berbeda. Bahkan,  hampir diembat oleh pencuri,  selain fasilitas  untuk operasi pengawasan, kendala yang dihadapi masih menimnya penjaga yang disiagakan. Hal lainnya,   selama ini, insentif penjaga hanya Rp 200 ribu/ bulan. Itu pun dibayar per triwulan.“Kami hanya berharap ada perhatian serius dari pemerintah, karena jika situs ini dirusak maka tidak ada lagi kebanggaan daerah kita,” katanya.
            Dalam sejarah kerajaan dan masuknya agama Hindu di Bima, Wadu Pa’a merupakan penggalan yang penting. Konon, sang Bima, bakal raja pertama Bima, pertamakali menginjakkan kakinya di lokasi itu setelah berlayar dari pulau Jawa. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju  Lawata, Sang Bima sempat memahat beberapa bagian batu seperti arca, pahatan itu yang menjadi awal nama tempat itu, Wadu Pa’a atau bila diartikan dalam bahasa Indonesia, batu yang dipahat.
Pada bagian depan situs,  tepatnya dibibir pantai terdapat  mata air tawar yang biasa menjadi andalan bagi pengunjung dan nelayan yang kebetulan melintas jika  membutuhkan air minum. Sejak hari pertama kemping dan saat hari kedua, setelah habis persediaan air minum,  rombongan juga ikut mengonsumsi air itu. Konon, menurut sejumlah pengunjung yang sudah terbiasa mengunjungi   tempat itu, meminum air itu tak menyebabkan sakit perut, karena airnya  alami dan merupakan hasil penyaringan terakhir dari lapisan air (Equifer).

Setelah tuntas melaksanakan kegiatan dan puas menjelajahi  areal Wadu Pa’a.Usai Dzuhur, rombongan Bimeks Group dan BFC, memutuskan kembali ke Kota Bima. Tepat pukul 13.00 Wita, boat yang mengantar kami sehari sebelumnya, tiba sesuai waktu yang dijanjikan.  Sama dengan  sebelumnnya, kondisi gelombang siang itu juga cukup bersahabat, meskipun boat sempat bergoyang  mengikuti irama gelombang. Namun, seluruh anggota rombongan tenang. Tepat pukul 14.00 Wita, boat tiba dan bersandar di pelabuhan Bima. (*)
PERRHATIAN: Hati-hati penipuan mengatasnamakan Berita11.com/ PT Sebelas Cyber Media. Kerja sama/ iklan dan invoice resmi hanya yang ditandatangani Direktur PT Sebelas Cyber Media dan tercatat dalam sistem informasi (data base) perusahaan serta nomor nota tagihan yang teregistrasi dengan kode unik di sistem informasi perusahaan. Kami tidak bertanggung jawab atas nota tagihan (invoice) yang tidak tercatat maupun atas tagihan pajak terhadap invoice/kuitansi yang bukan dari perusahaan. Pembayaran tagihan iklan/ advetorial/ kerja sama yang sah melalui rekening perusahaan An. PT Sebelas Cyber Media.