Banjir bandang Bima yang mulai terjadi sejak Rabu (21/12/2016)
siang meninggalkan sejumlah kisah pilu bagi sejumlah warga. Tak terkecuali
Abdurrazak Muhammad warga Kabupaten Bima yang berupaya mengevakuasi sejumlah
anaknya yang tinggal di Kota Bima.
Kakek lima
cucu ini berangkat dari Desa Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima sekira
pukul 14.30 Wita bersama dua anaknya yang sebagian tinggal di Desa Bajo. Hujan deras
tidak dia pedulikan karena yang terpenting menolong anak-anaknya yang terisolir
karena banjir bandang. Namun naas ketika tiba jalan kembar di Amahami Kota
Bima, luapan banjir tergenang, tetapi Abdurrazak tetap melanjutkan perjalanan
menggunakan mobil.
Beban pikirannya
terutama kondisi keselamatan putrinya yang bekerja di unit Pegadaian Kelurahan
Kumbe Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima. Karena wilayah Timur Kota Bima
merupakan salah satu daerah terparah yang terkena dampak banjir bandang.
“Hanya yang
terpikir bagaimana menyelamatkan anak-anak. Makanya saya jalan terus,” katanya
sehari pasca banjir hari pertama.
Ketika tiba
di sekitar terimanal Dara Kota Bima, sekira pukul 14.00 Wita sejumlah kendaraan
menumpuk dan terjebak macet, termasuk mobil yang dikendarai Abdurrazak, hingga akhirnya ia berinisiatif memarkir
komplek pertokoan Sultan Square sebelah barang bank Mandiri Syariah.
Ketika itu
air bah sudah masuk mobil dan mencapai jok kendaraan. Namun Abdurrazak tetap
berupaya memarkir kendaraanya di tempat yang dianggap aman. Beberapa menit
kemudian dia dan dua putranya keluar dari mobil. Beberapa warga yang semula
beraktivitas di komplek pertokoan Sultan Square tampak panik. Tetapi Abdurrazak
dan anaknya masih bertahan di sekitar mobil. Tak berselang sampai lima menit
arus air bah semakin deras. Bapak lima
anak ini nyaris terseret banjir, namun beruntung anggota Brimob yang kebetulan bertugas
menjaga bank Mandiri Syariah Bima segera menolong.
Abdurrazak
dan dua anaknya bersama warga lain dievakuasi ke lantai dua Salon Liontin yang
berada di kompleks Sultan Square Kota Bima. Tak berselang sekira pukul 14.53 Wita, tembok pembatas di
kompleks tersebut ambruk diterjang banjir.
Sejumlah mobil termasuk milik Abdurrazak, bus dan puluhan sepeda motor
milik karyawan bank, karyawan dealer Krida Motor dan karyawan salon terbawa arus. Beberapa
kaca toko di komplek tersebut, juga pecah setelah diterjang banjir. Beberapa menit
setelah itu karyawan salon Liontin histeris ketika mendengar suara gemuruh sejumlah
tembok yang ambruk dan kaca yang pecah.
Abdurrazak
yang semula tegar, juga tak kuasa menahan tangis ketika mengingat nyaris
meregang nyawa hanyut terbawa arus banjir bandang bersama dua putranya yang
ikut bersama dia. Setelah magrib, pukul 19.00 Wita, dia mencoba menghubungi
sejumlah anak dan istrinya. Namun sinyal telepon selular tertanggu. Listrik
di Kota Bima padam sejak pukul 15.30 Wita. Dia kemudian berinisiatif mengirim SMS karena
panggilan keluar tidak terjangkau. Namun dari beberapa kali SMS, hanya di nomor
anaknya yang menginap di Tonggorisa yang terkirim.
Pukul 23.00
Wita, putra ketiganya menemuinya di terminal. Ketika itu kondisi banjir sudah
mulai surut. Setelah itu ia tak kuasa menahan tangis dan memeluk putra itu. Abdurrazak belum bisa bernapas lega meskipu
sudah selamat dari maut ketika banjir bandang menerjang karena belum memperoleh
informasi keberadaan putri bungsunya yang bekerja sebagai karyawan Pegadaian di
Unit Kumbe.
Setelah arus
banjir semakin surut, pukul 03.00 Wita, Abdurrazak dan seorang putranya
berinisiatif kembali ke Bajo Kecamatan Soromandi, menggunakan sepeda motor yang
dibawa oleh putranya yang menginap di Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo
Kabupaten Bima. Mobil baru yang terseret banjir sudah ia ikhlaskan. Ketika itu yang dia ingat, di rumah ia
meninggalkan istri dan cucu keempatnya, maka mau tak mau dia harus bergegas
menerobos gelap dan hujan kembali deras ketika subuh.
Ketika tiba
di rumahnya di Desa Bajo, Abdurrazak langsung memeluk istrinya menceritakan
musibah yang menimpanya. Tak lama tangis istrinya menyambutnya. Mereka bersyukur meskipun harta direnggut
oleh banjir bandang, namun masih bisa lolos dari maut. Beberapa saat kemudian
dia terperangah ternyata putri bungsunnya sudah berada di rumah.
Rupanya pukul
17.30 Wita putri bungsunya berhasil lolos dari terjangan banjir setelah dibantu
dievakuasi oleh satpam Pegadaian Kumbe melalui jalur alternatif di dekat
gunung Kumbe melewati Kelurahan Panggi,
Sambinae tembus SPBU Amahami kemudian berbelok melewati jalan di depan pasar
raya Amahami hingga akhirnya sampai di Pelabuhan Bima dan menyebrang
menggunakan bot menuju Desa Bajo Kecamatan Soromandi.
“Saya
bersyukur masih bisa selamat. Masih banyak saudara-saudara kami yang lain
kondisinya lebih parah,” ujar pria yang juga Sekretaris Korwas Kabupaten Bima
ini. (US)
Komentar