![]() |
Jubelan Warga Berdesak-Desakan Demi Mandi Air Panas. Foto Samawarea.com |
Banyak cara
yang dilakukan orang untuk sembuh dari penyakit. Biaya banyak dan jarak yang
cukup jauh pun akan tempuh demi memperoleh kesembuhan. Bahkan pengobatan yang
di luar nalar medis. Itu juga yang dilakukan ratusan hingga ribuan orang yang
mengunjungi air panas di Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa.
Tiga bulan
terakhir nama air panas Maronge booming
di tengah masyarakat Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok termasuk Bima dan Dompu. Maka
tak heran banyak orang Bima dan Dompu yang rela menempuh jarak yang jauh demi
sembuh dari penyakit.
Untuk mencapai
air panas dari Bima, maka warga harus menempuh perjalanan darat lebih kurang
178 kilometer. Bisa menggunakan sepeda motor, mobil maupun kendaraan umum. Karena
membludaknya pengunjung di air panas Maronge, sebagian banyak warga memilih
untuk tiba malam hari di air panas Maronge.
Guna melihat
dari dekat fenomena tersebut, kru Berita11.com menyempatkan berkunjung di wilayah
yang berada di tengah Pulau Sumbawa itu. Setelah star pukul 17.00 Wita dari
Kota Bima, kami menyempatkan sholat di mushala SPBU Kota Dompu dan menikmati
pemandangan malam di kota mungil ini. Namun itu tak lama, beberapa menit
kemudian kami beranjak dari Kota Nggahi Rawi Pahu itu.
Malam itu,
laju mobil sengaja kami kurangi untuk menyesuaikan waktu tiba di mata air
Maronge. Beberapa tembang dangdut dan
pop lawas cukup menghibur, walaupun terkadang mengundang kantuk. Beberapa kilometer
setelah melewati tanjakan Nanga Tumpu, laju mobil sengaja kami hentikan untuk
menikmati seduhan kopi panas dari teko yang sengaja dibawa khusus. Sambaran cahaya
kendaraan yang hilir mudik malam itu menambah suasana indah. Di pinggir jalan,
pohon-pohon menjulang diselumuti kabut pekat menyembul menjadi temaram, penyimbang
larik-larik cahaya dari jauh.
15 menit
kemudian, laju mobil kami pacu. Dari dalam kaca mobil, semak-semak hitam di
bagian kiri-kanan jalan menjadi dinding-dinding yang setia menemani. Butuh tiga
jam untuk sampai di Kecamatan Plampang dengan laju kendaraan 40-60 kilometer
per jam. Setelah beberapa kilometer, kami tiba di Maronge pukul 23.00 Wita. Namun
kami belum mengetahui lokasi pasti menuju air panas Maronge. Dari jauh,
beberapa pemuda tampak berdiri di pinggir ruas jalan. Di bagian kiri tertulis
air panas Maronge.
Sejumlah
pemuda yang bertugas sebagai penunjuk jalan malam itu menginformasikan jika
lokasi air panas sudah dekat. Hanya saja perlu berbelok masuk ke jalan arah
persawahan. Praktis malam itu kami harus menempuh jalan bergelombang.
Setelah masuk
beberapa ratus meter dari arah jalan negara, kami sempat ragu untuk melanjutkan
perjalanan. Karena jauh dari gambaran yang disampaikan pengunjung yang
bercerita kepada kami. Jalan selebar dua meter malam itu cukup angker. Namun kesempatan
untuk berbalik arah tidak ada karena ruas jalan dua meter menuntut kami untuk
meneruskan perjalanan. Jalan yang bergelombang terpaksa memaksa kami untuk
menghidupkan ulang mesin kendaraan. Memang butuh kehati-hatian dan kegesitan
dalam memacu kendaraan. Jika tidak mobil yang dikendarai bisa saja terbalik
karena medan yang bergelombang.
Kekuatiran akan
begal dan salah jalur, buyar setelah kami melihat penunjuk jalan jika lokasi
air panas tinggal 500 meter. Dari jauh, kami melihat cahaya beberapa kendaraan,
sehingga menambah keyakinan untuk sampai di lokasi air panas. Beberapa menit
kemudian kami melihat deretan mobil dan sepeda motor yang diparkir rapi di
tengah sawah. Dua orang petugas parkir mencoba mendekati kami dan menyarankan
untuk merapikan parkir mobil. Namun tak lama, petugas parkir itu menyarankan
agar memindahkan mobil di lokasi yang lebih dekat dengan lokasi air panas.
Setelah tiba
di tempat parkir, kami melihat deretan mobil pick, berbagai jenis kendaraan
pribaadi dan sepeda motor tampak terpakir rapi. Di belakang mobil, beberapa
orang tidur beralaskan kardus. Ada juga yang membawa tikar dan beralaskan
sarung. Sebagian memilih tidur di dalam mobil.
Udara di
sekitar air panas Maronge malam hari cukup dingin. Beberapa warga yang
berkunjung banyak yang mendirikan tenda, mirip masyarakat yang mengungsi. Rupanya
mereka terbagi dalam beberapa blok atau petak sawah. Sebagian mendirikan tenda hanya beberapa meter
sumber air panas. Malam itu kami mendapatkan saran dari petugas parkir agar
mandi di sumber mata air panas paling cepat pukul 02.00 Wita atau pukul 04.00
Wita.
Sebelum mandi,
kami mencoba mengobrol dengan beberapa warga yang mendirikan tenda dan tidur
beralaskan alang-alang di tengah sawah yang baru selesai digarap itu. Dari bahasa
yang digunakan, kami mengetahui bahwa sebagaian banyak yang berkunjung malam
itu merupakan warga Bima dan Dompu, sebagian berbahasa Sasak. Di lokasi tempat
warga menginap tersedia lapak kecil yang menjual telur matang, mie seduh, kopi
dan air botol. Tapi jangan membayangkan makanan dan minuman yang dijual seperti
harga minimarket atau supermarket. Untuk membeli air minum ukuran botol besar,
pengunjung harus mengeluarkan uang Rp10 ribu dan Rp5 ribu per botol.
Malam itu,
kami mencoba ikut berbaur dan tidur dengan alas seadanya. Namun karena
bisingnya suara manusia yang mengantri untuk mandi malam itu, keinginan untuk
bisa tidur buyar. Kami mencoba menghilangkan rasa dingin dengan menikmati Pop
Mie panas dan kopi.
Hadijah, warga
Jatibaru Kota Bima yang mengantri mandi malam itu menceritakan jika dia datang
ke air panas Maronge bersama sembilan orang menumpang mobil pick up. Hampir semua
warga yang sakit di Kelurahan Jatibaru sudah pernah berkunjung dan mandi di air
panas Maronge. “Apapun kan akan kita
lakukan demi sembuh. Yang tidur di sini ada yang sudah beberapa hari dan ada
juga yang sudah tiga sampai empat pekan,” kata Hadijah.
Menurut Hadijah,
ada beberapu pantangan yang tidak boleh
dilakukan pengunjung air panas Maronge. Yaitu kencing di lokasi air panas,
tidak meyakini usaha yang dilakukan untuk sembuh dan tidak menjelekkan khasiat
air panas.
“Sebelum
mandi, pengunjung juga harus membawa gayung. Karena saat mandi itu akan
berebutan,” katanya.
Sebelumnya,
cerita pantangan yang tidak boleh dilkukan di lokasi air panas tersebut juga
sudah diceritakan orangtua dari seorang teman di Rabadompu Kota Bima. Beberapa
pengunjung merasakan penyakit yang mereka derita bertambah lantaran mengolok
khasiat air panas Maronge. Entah takhayul atau benar, namun sebagian besar
warga yang berkunjung memercayai pantangan itu. Cerita dari mulut ke mulut yang
dipercayai pengunjung, mandi di air panas Maronge ketika malam Jumat terutama
pukul 02.00 Wita paling afdol untuk menyebuhkan penyakit. Untuk penyakit berat,
harus mandi setiap malam Jumat, minimal tiga.
“Kalau yang
mendirikan tenda itu ada warga yang sudah beberapa minggu, menunggu malam Jumat
berikutnya untuk mandi lagi. Orang yang percaya khasiatnya sudah banyak yang
sembuh,” ujar Hadijah.
Lokasi pusat
air panas dengan tempat pengunjung menginap sekitar 100 meter. Malam itu,
menjelang pukul 01.00 Wita, hampir setiap menit, pengunjug hilir mudik ke pusat air panas. Beberapa
diantaranya ada yang menenteng botol dan jerigen yang berisi air panas Maronge.
Setelah mencoba
mengantri beberapa puluh menit, pukul 01.00 Wita, kami mencoba menuju pusat air
panas. Di kiri-kanan jalan setapak itu tampak sejumlah tenda yang dibangun. Dari
jauh, sebuah genset kecil tampak disimpan membantu penerangan malam itu. Sebelum
tiba di pusat pemandian air panas, pengunjung akan disuguhkan kotak amal. Tapi tidak
ada pemaksaan untuk menyumbang. Riuh suara
pengunjung yang berebutan mendapatkan air panas terdengar beberapa meter dari
jauh.
Bayangan kami
warga yang mengantri mandi di pusat air panas hanya segelintir orang, buyar
setelah melihat tiga pusat air panas dipadati pengunjung. Beberapa kakek dan
nenek renta tampak mengantri mendapatkan air panas. Sebagiannya berusia muda,
kira-kira umur pelajar SMP dan SMA. Diantara jubelan warga yang
berdesak-desakan malam itu, seorang bayi sekitar dua tahun tampak digendong
ibunya mengantri untuk memperoleh air panas. Awalnya kami mencoba mengantri di
pinggir aliran air hangat yang menyebur. Namun karena pengunjung tak kunjung
berkurang, maka kami pun mencoba merapat dan berdesak-desakan dengan pengunjung
lain untuk mendapatkan air panas.
Terkadang air
panas yang diperoleh pengunjung bercampur pasir halus. Namun mereka tetap
bersemangat untuk berdesak-desakan untuk memasukan air panas dalam gayung dan
menyiramnya ke sekujur tubuh. Dari puluhan orang yang berdesak-desakan, hanya
sekitar lima orang yang dapat duduk berendam mengelilingi sumber air panas. Sedangkan
puluhan lain harus berdesak-desakan memasukan menyodorkan gayung bahkan di
antaranya selakangan pengunjung lain. Malam
itu beberapa pejabat Dinas Dikpora Kabupaten Bima juga tampak ikut mengantri.
Setelah puas
mandi, berdesak-desakan diantara pengunjung. Kami kembali ke tempat parkir
mobil dan memutuskan sejenak beristrahat. Tak lama setelah itu, sekira pukul
03.00 Wita, kami mencoba kembali ke pusat air panas. Tetapi suasananya warga
yang mengantri bukan berkurang tetapi semakin banyak. Namun setelah
berdesak-desakan, kami sempat merasakan dapat berendam di pusat air panas.
walaupun harus rela didorong-dorong oleh pengunjung lain.
Puas mandi di
air panas. Kami istrahat sekitar satu jam,setelah itu sekitar pukul 04.30 Wita
kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Sumbawa Besar. Pilihan itu,
sengaja kami ambil untuk menghindari kemacetan saat keluar dari jalan sempit sebelum
air panas Maronge. Setelah merapikan barang, kami bergegas meninggalkan lokasi
air panas Maronge setelah membayar biaya parkir Rp20 ribu.
Selama menempuh
jalan di tengah sawah, tidak pernah sekalipun kami berpapasan dengan mobil
lain. Rupanya sejumlah pemuda sebagai penunjuk arah di persimpangan menuju air
panas, selalu berkoordinasi melalui Ponsel dengan tukang parkir, sehingga
lalulintas keluar-masuk kendaraan selalu teratur. Mereka selalu ramah menyapa
dan menyambut pengunjung yang datang.
Entah siapa yang pertama kali meyakini khasiat air panas Maronge.Dari cerita
beberapa warga, konon artis Julie Perez yang menderita kanker pernah berkunjung
dan mandi di air panas Maronge. Mengenai khasiatnya, entah mitos atau benar
adanya. Namun beberapa pengunjung mempecayai mandi di air panas Maronge adalah
ihtiar untuk sembuh, sedangkan yang menentukan tetaplah Tuhan.
Terlepas dari
mitos yang dipercayai masyarakat, berdasarkan data Distamben Kabupaten Sumbawa,
berdasarkan hasil penyelidikan Geologi dan Geokimia yang sudah dilakukan,
secara geografis panas bumi terdapat di dua daerah daratan Maronge yaitu di
koordinat 117.13’.30”-121.37’30” dan 08.40’00”-8.27’.00”. suhu air panas di
lokasi pertama dan kedua yaitu 42 dan 35 derajat selsius, dengan kadar keasaman
(Ph) 7,81 dan 7.93. debit air 0,5 liter per detik dan 0,3 liter per detik
dengan kedalaman reservoir. Tipe air
pada di dua lokasi tersebut bikarbonat.
Dalam kehidupan
sehari-hari, Natrium Bikarbonat (NaHCO3) adalah senyawa kimia yang masuk dalam
kelompok garam dan telah digunakan sejak lama. Senyawa tersebut juga disebut
baking soda (soda kue), Sodium Bikarbonat, Natrium Hidrogen. Keduanya adlah
komponen rumah tangga yang sangat penting.
Bagaimana hubungannya
dengan upaya penyembuhan penyakit? Perlu
penjelasan ilmiah secara mendetail.
Reporter: Fachrunnas